Mantap....Film “Anak-anak Lumpur” Raih Penghargaan di Kyoto International Student Film and Video Festival 2010, Jepang
Film pendek berjudul “Anak-anak Lumpur (Children of Mud)” karya sineas muda Indonesia, Danial Rifki mendapatkan penghargaan di Kyoto International Student Film and Video Festival 2010 yang berlangsung dari 27 November hingga 4 Desember 2010.
Sebelum diputar di Kyoto, film yang berdurasi 23 menit itu juga pernah diputar di Prancis dalam program Clermont Ferrand International Short Film Festival 2010, dan di Melbourne serta Sydney dalam gelaran program Indonesia Film Festival.
Pada 5 Desember 2010, KJRI Osaka melaksanakan pemutaran film singkat mengenai korban lumpur Lapindo tersebut dan juga diskusi ringan mengenai informasi terkini mengenai perfilman nasional. Kegiatan ini dilaksanakan di lobby KJRI Osaka dan dihadiri sekitar 50 orang, yang terdiri dari WNI dan WN Jepang.
Acara diawali dengan kata sambutan dari Konsul Konsuler, mewakili Konjen RI Osaka. Dalam kata sambutannya, Konsul Konsuler antara lain menyampaikan bahwa prestasi yang dicapai oleh Danial Rifki tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi tentunya menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia. Ditambahkan pula bahwa pertemuan dengan 2 sineas Indonesia, Danial Rifki dan Enison Sinaro, merupakan kesempatan untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan perfilman Indonesia saat ini.
Film singkat “Anak-anak Lumpur” sendiri menggambarkan mengenai dampak dari semburan lumpur Lapindo terhadap kehidupan masyarakat di daerah yang sekitar semburan lumpur. Sutradara Danial Rifki menyampaikan bahwa bahan dasar bagi pembuatan film singkat tersebut dikumpulkan pada tahun 2008. Pada saat itu, masih banyak masyarakat yang bertahan untuk tinggal di daerah dekat lokasi semburan karena tidak punya pilihan lain.
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi ringan. Pada kesempatan tersebut, Sutradara Enison sempat menyampaikan perkembangan terakhir mengenai polemik yang sedang terjadi di ajang seleksi Festival Film Indonesia (FFI) 2010. Selain itu, ia juga menyampaikan mengenai kondisi perfilman Indonesia saat ini. Sedangkan Sutradara Danial Rifki memberikan penjelasan mengenai latar belakang pembuatan film “Anak-anak Lumpur”. Salah satu alasan yang disampaikan adalah ia merasa memiliki keterikatan batin dengan Sidoarjo karena ia berasal dari daerah tersebut.
Para peserta yang hadir tampak antusias mengikuti diskusi ini, terlihat dari sejumlah pertanyaan yang sempat disampaikan oleh peserta, Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain berkisar pesan apakah yang ingin disampaikan oleh sutradara melalui film “Anak-anak lumpur”; harapan peningkatan kualitas perfilman nasional Indonesia sehingga dapat menjadi kebanggaan bagi WNI yang tinggal di luar negeri, khususnya di Jepang.
Sumber: Deplu (KJRI Osaka), kisfvf.com, koran-jakarta.com
Sebelum diputar di Kyoto, film yang berdurasi 23 menit itu juga pernah diputar di Prancis dalam program Clermont Ferrand International Short Film Festival 2010, dan di Melbourne serta Sydney dalam gelaran program Indonesia Film Festival.
Pada 5 Desember 2010, KJRI Osaka melaksanakan pemutaran film singkat mengenai korban lumpur Lapindo tersebut dan juga diskusi ringan mengenai informasi terkini mengenai perfilman nasional. Kegiatan ini dilaksanakan di lobby KJRI Osaka dan dihadiri sekitar 50 orang, yang terdiri dari WNI dan WN Jepang.
Acara diawali dengan kata sambutan dari Konsul Konsuler, mewakili Konjen RI Osaka. Dalam kata sambutannya, Konsul Konsuler antara lain menyampaikan bahwa prestasi yang dicapai oleh Danial Rifki tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi tentunya menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia. Ditambahkan pula bahwa pertemuan dengan 2 sineas Indonesia, Danial Rifki dan Enison Sinaro, merupakan kesempatan untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan perfilman Indonesia saat ini.
Film singkat “Anak-anak Lumpur” sendiri menggambarkan mengenai dampak dari semburan lumpur Lapindo terhadap kehidupan masyarakat di daerah yang sekitar semburan lumpur. Sutradara Danial Rifki menyampaikan bahwa bahan dasar bagi pembuatan film singkat tersebut dikumpulkan pada tahun 2008. Pada saat itu, masih banyak masyarakat yang bertahan untuk tinggal di daerah dekat lokasi semburan karena tidak punya pilihan lain.
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi ringan. Pada kesempatan tersebut, Sutradara Enison sempat menyampaikan perkembangan terakhir mengenai polemik yang sedang terjadi di ajang seleksi Festival Film Indonesia (FFI) 2010. Selain itu, ia juga menyampaikan mengenai kondisi perfilman Indonesia saat ini. Sedangkan Sutradara Danial Rifki memberikan penjelasan mengenai latar belakang pembuatan film “Anak-anak Lumpur”. Salah satu alasan yang disampaikan adalah ia merasa memiliki keterikatan batin dengan Sidoarjo karena ia berasal dari daerah tersebut.
Para peserta yang hadir tampak antusias mengikuti diskusi ini, terlihat dari sejumlah pertanyaan yang sempat disampaikan oleh peserta, Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain berkisar pesan apakah yang ingin disampaikan oleh sutradara melalui film “Anak-anak lumpur”; harapan peningkatan kualitas perfilman nasional Indonesia sehingga dapat menjadi kebanggaan bagi WNI yang tinggal di luar negeri, khususnya di Jepang.
Sumber: Deplu (KJRI Osaka), kisfvf.com, koran-jakarta.com